NTT dalam Temuan Alfred Russel Wallace

Mereka yang pernah belajar geografi, biologi dan antropologi tentu mengenal Mr. Wallace. Dialah ahli yang membagi wilayah Nusantara (Indonesia) garis khayal untuk membedakan jenis hewan-hewan Asiatis (jenis Asia) dari hewan-hewan yang  bertipe Australis.  berdasarkan keragaman (jenis-jenis) hewan atau fauna di bagian barat Indonesia. Untuk ini, kita harus juga menyebut ahli biologi asal Jerman, Max Carl Wilhem Webber yang membuat garis khayal hewan-hewan jenis Asia dari hewan-hewan bertipe Australia di bagian timur Indonesia. Ternyata Wallace bukan saja meneliti tentang keragaman fauna, namun diapun membahas soal ras, budaya, geografi, jenis-jenis flora (tumbuhan) dan corak hidup masyarakat. Dalam bukunya, Sejarah Nusantara (The Malay Archipelago), Perjalanan, serta Kajian Manusia dan Alam Indonesia (2024), Wallace dengan sangat rinci "bercerita" tentang kunjungannya ke Nusantara. Ia membagi Nusantara dalam lima kelompok gugus pulau, PULAU INDO-MELAYU (Semenanjung Malaya, Singapura, Borneo/Kalimantan, Jawa dan Sumatera. Gugus TIMOR, meliputi Lombok, Sumbawa, Flores, Timor dan beberapa pulau yang lebih kecil. GUGUS CELEBES (SULAWESI), Kepulauan Sula dan Buton. GUGUS KEPULAUAN MALUKU, terdiri dari Buru, Seram, Bacan, Halmahera, Morotai, Ternate, Tidore, Makian, Kaioa, Amboina, Banda, Gorom dan Watubela). GUGUS PAPUA, terdiri dari Papua New Gini, Aru, Misool, Salawati, Waigeo, dan lainnya, termasuk Kei. 

NUSA TENGGARA TIMUR
Wallace menulis, ia tiba di Kupang tahun 1857-1859, kemudian ke Dili (Timor Leste) tahun 1861. Menurutnya, Pulau Timor merupakan ujung akhir dari rangkaian pulau vulkanik yang dimulai dari Sumatera. Namun Timor unik, karena tidak memiliki gunung berapi, kecuali gunung Timor dekat pusat pulau (mungkin Gunung Mutis ?) yang pernah aktif dan meletus tahun 1638 dan setelah itu tidak aktif lagi. Tidak ditemukannya batuan beku di bagian lain pulau menunjukkan pulau Timor bukan pulau vulkanik. Wallace dua kali ke Kupang; tahun 1857, tinggal satu hari, kemudian datang lagi tahun 1861 dan tinggal selama dua Minggu. Tahun ini juga ia menghabiskan waktu empat bulan di Dili. Wallace memberi deskripsi begini : Kupang terdiri dari permukaan batu karang terjal yang menjulang tinggi di dinding vertikal antara pantai dan kota. Tumbuhan yang dijumpai adalah dari famili Apocynacecae dan Euphorbiacea, banyak pohon palem berdaun kipas (Borassus flabelliformis), ini pohon lontar dan sejenisnya. Penduduk Kupang terdiri dari orang Melayu, Tionghoa, Belanda selain penduduk asli dan ada banyak ras campuran. Menurutnya, orang asli Kupang lebih berkerabat dekat dengan orang Papua di Kepulauan Aru dan Nugini. Setelah berkeliling kota, ia menemukan banyak serangga dan burung sehingga ia memutuskan pergi ke Semua beberapa hari di ujung barat Pulau Timor. Tuan Wallace tinggal di desa Uiasa selama empat hari. Ia menemukan bangunan kecil, berbentuk oval, dindingnya terbuat dari batang kayu, beratap jerami. Orang-orangnya seperti orang Timor. Dia tidak menemukan serangga dan tidak banyak burung baru, ia kembali ke Kupang. Dalam penantian kapal pengangkut untuk kembali, dia menemukan lima spesies merpati, dua burung beo ekor lebar besayao merah halus (Platycercus vulneratus), yang masih satu famili dengan spesies Australia, dan spesies hijau dari genus Geoffroyus. Trophydorhychus timorensis ada dimana-mana, serta Sphaecothera viridis, burung orioleh hijau. Temuan Wallace di Semua monyet sangat melimpah, monyet berbibir kelinci (Macacus cynomlogus) yang dapat ditemukan di seluruh pulau di bagian barat Nusantara. Tanggal 12 Januari 1861, Tuan Wallace tiba di Dili. Ia menemukan kupu-kupu ekor walet yang langkah dan indah (Papilio aenomaus) dan Papilio liris. Juga Cethosia leschenauktii. Kupu-kupu paling melimpah adalah kupu-kupu putih dan kuning (Pieridae). Bukit-bukit tandus dipenuhi Eucalypti. Ada juga merpati berkepala putih (Ptilonopus cinctus) dan burung Nuri kecil cantik (Trichlofossus cuteles) atau burung perkici Timor. Dari google.com burung ini ditemukan Solor, Alor, Pantar dan Timor. Ditemukan pula ayam hutan yang umum di India (Gallus bankiva). Dia tidak menemukan bahan tambang untuk digarap. Dia mendapati orang asli dengan ciri seperti orang Papua, tidak dikenal dari ras Melayu, kecuali di pesisir dengan tambahan orang India dan Portugis. Mereka memiliki kepercayaan tentang pemali atau tabu, sama seperti umumnya penduduk kepulauan Pasifik. Selain kuda poni, satu-satunya produk ekspor dari pulau Timor adalah Cendana (Santalum sp). Juga produk lilin lebah (Apis dorsata). 

SEJARAH ALAM GUGUS TIMOR
Ketika Wallace melintasi Flores dan Timor, di menemukan hasil yang berbeda dengan Jawa; ada sekelompok burung yang ditemukan berkerabat dengan burung di Jawa dan Australia tetapi cukup berbeda dari keduanya. Asisten Wallace bernama Allen, membuat koleksi di Flores. Dia menambatkan jenis  burung sebanyak 63 di Lombok, 86 dari Flores dan 118 dari Timor, jadi terdapat 188 jenis. Menurut Wallace, terdapat dua atau tiga jenis berasal dari Maluku, ada yang mirip Jawa, ada yang mirip Austrakia namun 82 jenisnya tidak didapatkan di pulau lain di luar gugus pulau-pulau ini (gugus Timor) yang berarti ini burung jenis endemik (hanya ada di suatu wilayah saja). Berdasarkan jenis-jenis burung yang ditemukan, Wallace dapat melacak proses migrasi yang telah berlangsung selama ratusan bahkan ribuan tahun. Burung yang datang dari Jawa berada paling dekat dengan pulau terdekat dengan Jawa. Jumlah burung yang masuk dari Australia jauh lebih sedikit. Wallace berpendapat bahwa pulau Timor tidak pernah benar-benar berhubungan dengan Australia, dari temuan jenis-jenis fauna. Kita perlu berterima kasih kepada Tuan Wallace atas dedikasinya sebagai seorang naturalis yang meneliti sejarah melalui keberadaan fauna. Dengan memasukkan Timor dan Flores dalam bukunya sebanyak 28 halaman menjadi tanda bahwa penelitiannya tentang Timor dan Flores merupakan bagian tak terpisahkan dan sumbangan besar bagi dunia ilmu pengetahuan. Terima kasih Tuan Wallace. (eKRakit). 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

OMK Gelar Tablo, Air Mata Tumpah Di Ili

Guru-Guru Katolik Tiga Paroki Ziarah ke Paroki Ili

Menabur benih literasi di Paroki Ili, tindakan kecil menuju mimpi besar